PROPOSAL PENELITIAN
1. Judul Penelitian
STUDI KOMPARATIF
ANTARA PROGRAM SANTRI TAKHASUS DAN PROGRAM SANTRI FORMAL TERHADAP PENINGKATAN
MEMBACA KITAB SAFINATUN NAJAH TINGKAT SATU PONDOK KEBON JAMBU PESANTREN BABAKAN
CIWARINGIN CIREBON TAHUN 2016
2. Latar Belakang Masalah
Dalam
ajaran Islam pendidikan sangat penting karena pendidikan adalah salah satu
aspek sosial budaya yang berperan strategis dalam pembinaan suatu keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Pendidikan pada intinya merupakan suatu ikhtiar yang
dilaksanakan secara sadar, sistematis, terarah dan terpadu untuk memanusiakan
peserta didik serta menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi.
Pendidikan adalah
sesuatu yang esensil bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa belajar
menghadapi alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. (Hanun Asrohah, 2001:
2)
Pendidikan
tidak hanya menjadi mobilitas untuk mengembangkan potensi manusia, akan tetapi
pendidikan juga pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia
dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Pendidikan bagi Freire
merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia
agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai pada
ketertingalan. Oleh karenanya manusia sebagai pusat pendidikan, maka manusia
harus menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan untuk mangantarkan manusia
menjadi makhluk yang bermartabat. (Firdaus M. Yunus, 2004: 1)
Pemerintah Indonesia telah menyusun dan merumuskan tujuan
pendidikan yang dapat dijadikan sebagai arah dalam proses pendidikan pada
setiap lembaga pendidikan di Indonesia. Tujuan ini telah digariskan dalam
undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
Nasional). Dalam pasal 3 dari undang-undang tersebut di atas, dirumuskan tujuan
pendidikan sebagai berikut: "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab". (Departemen Agama RI, 2006: 8-9)
Pendidikan Islam
merupakan konsep yang kebutuhan manusia untuk mandapatkan keterikatan dengan
lingkungan sosial maupun dengan Sang pencipta.
Selanjutnya H. Haidar
Putra Daulay, mengemukakan bahwa “Pendidikan Islam pada dasarnya adalah
pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun
rohani”. (Daulay, 2004:7)
Di Indonesi,
pendidikan Islam bermula sejak agama ini masuk ke Nusantara, kira-kira abad
ke-XII M, corak pendidikan ketika itu dari mulut ke mulut, lalu dilanjutkan
dengan bimbingan agar dididik mengucapkan dua kalimat syahadat, sehingga
resmilah dia menjadi muslim. Di masa ini, pusat pendidikan yang tetap,
lebih-lebih pendidikan formal, belum ada.
Tahap selanjutnya
pendidikan Islam semakin mantap, setelah diberbagai penjuru Nusantara muncul
tokoh-tokoh yang kuat, seperti Syeh Abdul Rouf di Aceh, Syeh
Burhanuddin (Wafat 1191 M) di Sumatra barat, Maulana Malik Ibrahim
(wafat 1419 M) di Gresik, dan wali yang lain di tanah jawa, kemudian Sultan
Alaidi Awalul Islam (wafat 1600 M) di sulawasi, dan lain sebagainya.
Sejak munculnya
tokoh-tokoh tersebut, seluruh kegiatan pendidikan Islam telah mengambil tempat
yang tetap, misalnya dalam bentuk Meunasah dan Rangkang
di Aceh. Dalam surau di Minangkabau, dan pesantren di
Jawa, berkat usaha para wali, kedudukannya amat kuat dan menjadi pusat
pendidikan Islam yang disegani masyarakat. Keadaan semacam ini berjalan terus,
sampai akhirnya datang para penjajah yang membawa aneka macam problema sejak
dahulu bahkan berekor sampai zaman sekarang.
Ketika Indonesia
merdeka, di negeri ini sudah ada berbagai macam sistem pendidikan, tiga yang
terbesar ialah : Pesantren, Madrasah, dan sekolah umum.
Berdasarkan pertimbangan yang rumit dan cukup matang tentunya, pada akhirnya
ketiga jenis pendidikan tersebut tidak dikelola oleh satu departemen
pemerintahan. (Imam Bawani, 1987: 78-79)
Pendidikan Islam di
Indonesia, seperti dibagian dunia Islam lainnya berjalan menurut rentak gerakan
Islam pada umumnya, dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain
seterusnya. Eksistensi dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia berasal
dari proses interaksi misi Islam dengan tiga kondisi. Pertama, interaksi
Islam dengan budaya lokal pra Islam telah melahirkan Pesantren. Meskipun
pandangan ini masih controversial, tetapi pelembagaan pesantren tidak
bisa dilepaskan dari proses akulturasi Islam dalam konteks budaya asli
(indigenous). Kedua, interaksi misi pendidikan Islam dengan tradisi
timur tengah modern telah menghasilkan lembaga Madrasah. Dan ketiga,
interaksi Islam dengan politik pendidikan Hindia Belanda telah membuahkan lembaga
sekolah Islam. ( Husni Rahim, 2001: 8)
Pesantren (Pondok
pesantren) sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia,
khususnya di Jawa, sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat sejak
lebih dari 500 tahun yang lalu, yakni ketika Syeh Maulana Malik Ibrahim
memperkenalkan pondok pesantren pertama kali di daerah Gersik.
Di masa-masa yang
lalu pesantren itu adalah satu-satunya lembaga pendidikan. Pada saat dimana
mereka yang berdarah biru kebangsawanan dan karena hubungannya dengan kraton
dididik dalam lembaga kekratonan, pesantren menampung semua lapisan masyarakat
yang tidak ditampung dalam pendidikan kraton. Karena itu, dulunya pesantren
sebagai lembaga pendidikan umum; di dalamnya tidak hanya di ajarkan agama. (Abdurrahman
Wahid, 2000: 113-114)
Pada perkembangannya,
paradigma masyarakat terhadap pesantren mengalami penyempitan kriterium dengan
menganggap pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan lembaga pencetak
para ulama. Pandangan masyarakat yang demikian disebabkan oleh realitas pendidikan
yang dijalankan oleh pesantren, yakni selalu mengutamakan pendidikan keagamaan.
Pesantren sebagai
lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tak dapat dipungkiri.
Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus menekuni kegiatan tersebut
dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan. Dalam menjalankan pendidikan
pesantren telah menunjukkan daya tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati
berbagai zaman dengan beragam masalah yang dihadapinya. Dalam sejarahnya
pesantren telah menyumbangkan sesuatu yang tidak kecil bagi Islam di negeri
ini. (Dbd A’la, 2006:15)
Lebih
lanjut dapat dikatakan bahwa pendidikan yang cocok dikembangkan di Indonesia
adalah sistem pendidikan yang berakar dan digali dari nilai- nilai luhur sosial
budaya bangsa.Terutama dari realita kependidikan yang telah hidup membudaya
dalam kehidupan bangsa Indonesia agar tidak tercabut dari akarnya.
Hal ini
diharapkan agar terdapat kesinambungan antara yang tradisional dan yang modern
sebagai satu kesatuan yang berkelanjutan.Salah satu realita kependidikan yang
telah membudaya dikalangan sebagian bangsa, terutama dikalangan sebagian besar
ummat Islam yang merupakan golongan mayoritas dari bangsa Indonesia ialah
system pendidikan pesantren. (Azra, 2002: 35)
Pesantren pada mulanya
merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun,
dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang
tidak hanya mengkaji matreri-materi keagamaan tetapi juga mempelajari persoalan
kekinian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian,
Pesantren tidak hanya disebut sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi menjadi
lembaga sosial yang hidup terus merespon carut marut persoalan masyarakat
sekitarnya.
Seiring perkembangan zaman
dan teknologi serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan Umum, kini
banyak Pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam Pesantren. Pondok
Kebon Jambu Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon salah satunya yang menerapkan
program santri takhasus dan program santri formal.
Program
takhasus muncul untuk para santri yang tidak sekolah formal dan hanya mengkaji
kitab-kitab salaf saja. Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi, program
santri takhasus ini mulai berkembang menjadi dua kelas, kelas yang pertama
dinamakan kelas Khos diperuntukkan bagi santri yang tidak sekolah formal. Kelas
kedua dinamakan kelas a'm yaitu dengan menggabungkan
antara pendidikan agama berupa pengkajian kitab-kitab salaf dan umum atau formal. Program kedua ini muncul atas
dasar adanya orang tua yang memesantrenkan anaknya dan sekaligus bersekolah
formal, dengan adanya studi kasus tersebut Pondok Kebon Jambu membuat sebuah
Program Santri Takhasus kali kedua yaitu mereka yang bersekolah formal tapi
ingin lebih mendalami kitab-kitab salaf. Dengan adanya program takhasus ini
tujuan pendidikan pesantren dan formal keduanya dapat terwujud meskipun dalam penyajian pendidikan
pesantren yang terkesan kekinian tapi tetap mempertahankan kesalafannya di
tengah-tengah era globalisasi.(wawancara
Pondok
Kebon Jambu Al-Islamy di pilih sebagai tempat penelitian karena penulis merasa
tertarik dengan adanya program santri takhasus dan program santri formal
manakah yang lebih unggul dari kedua program ini dengan mengangkat judul "studi komparatif antara program santri
takhasus dan program santri formal terhadap peningkatan membaca kitab safinatun
najah tingkat satu Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin
Cirebon".
3. Perumusan Masalah
Perumusan
masalah dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a.
Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi
masalah ini wilayah penelitiannya adalah '' studi komparatif antara program santri takhasus dan santri formal
terhadap peningkatan membaca kitab safinatun najah tingkat satu Pondok Kebon
Jambu Al-Islamy
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Tahun 2016".
b.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam penulisan
penelitian ini maka permasalahan
penelitian dibatasi hanya mengkaji:
a.
Studi komparatif, yang
dimaksud studi komparatif dalam penelitian ini adalah suatu
upaya untuk membandingkan suatu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan atau
menemukan perbandingan yang terdapat dalam kegiatan pendidikan.
b.
Program santri tahkasus,
yang dimaksud program santri takhasus dalam penelitian ini adalah santri yang
mesatren di Pondok Kebon Jambu, bersekolah formal, dan bersekolah di Madrasah
Pondok, atau hanya bersekolah Madrasah saja, di Pondok Kebon Jambu Al-Islami
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.
c.
Program santri formal,
yang dimaksud program santri formal dalam penelitian ini adalah santri yang
mesatren di Pondok Kebon Jambu, bersekolah formal baik di dalam Pondok, atau di
luar Pondok tapi tidak bersekolah di Madrasah Pondok, atau bersekolah Madrasah,
tapi tidak di dalam Pondok Kebon Jambu Al-Islami Pesantren Babakan Ciwaringin
Cirebon.
d.
Peningkatan membaca kitab Safinatun Najah, yang di maksud peningkatan membaca kitab Safinatun Najah dalam penelitian ini adalah penggambarkan perubahan
kuantitas dan kualitas membaca, dan menguasai
kosokata.
e.
Tingkat satu, yang dimaksud
tingkat satu dalam penelitian ini adalah jenjang pertama atau kelas pertama.
c.
Pertanyaan Penelitian
Dari pemaparan di atas
maka dapat dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan program
santri takhasus dan santri formal di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin
Cirebon tahun
2016 ?
2. Bagaimana
perbandingan antara program santri takhasus dan santri formal
terhadap peningkatan membaca kitab Safinatun Najah di Pondok Kebon Jambu
Al-Islamy
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon tahun
2016 ?
4. Tujuan
Dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program santri takhasus dan santri formal di
Pondok Kebon Jambu Al-Islamy
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon tahun
2016.
2. Untuk
mengetahui perbandingan program
santri takhasus dan santri formal terhadap peningkatan membaca kitab
Safinatun Najah di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Tahun
2016.
Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah:
1. Sebagai
dokumen dan bahan informasi yang teruji validitasnya, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu, khususnya bagi kalangan peneliti dan lembaga
pendidikan itu sendiri.
2. Sebagai
informasi untuk upaya peningkatan program santri takhasus di Pondok Kebon Jambu
Al-Islamy.
5. Kerangka
Pemikiran Penelitian
Pondok
Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang
keberadaannya sejak 2 (dua) abad silam hingga saat ini masih eksis. Upaya
pengembangan dan peningkatan pendidikannya terus dilakukan oleh para kyai,
pengasuh lembaga tersebut. Umumnya adalah kerabat dekat dari pendirinya, bahkan
saat ini, pemerintah (dalam hal ini Departemen Agama) tidak segan-segan
membantu dana pengembangan lembaga pendidikan tersebut, baik bantuan dana untuk
pembangunan fisiknya, seperti pembangunan gedung asrama santri atau gedung
Madrasah atau dukungan berupa non fisik, berupa insentif guru dan lain
sebagainya. Cara-cara seperti ini terbukti mampu memotivasi semangat guru dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pengajaran kepad anak didiknya.
Kitab
kuning merupakan salah satu materi ajar yang masih tetap dipertahankan
keberadaannya di Pondok Pesantren hingga saat ini. Metode pembelajarannya sejak
awal cenderung kepada kajian yang bersifat teoritis ketimbang praktis, walaupun
ada yang langsung menggunakan sistem aplikatisi. Artinya, pembelajaran grammer
bahasa Arab dilakukan secara praktis bukan sekedar teoritis. Cara praktek
seperti ini hingga saat ini belum teraplikasikan secara komprehensip di
Pondok-Pondok Pesantren, mungkin karena lemahnya pengetahuan mereka terhadap
teori praktis dan sistematis dalam pembelajaran kitab kuning, atau karena ingin
mempertahankan sistem lama (salafiyah) yang kurang evisien itu.
Akibatnya untuk bisa membaca kitab kuning membutuhkan waktu yang lama, sehingga
tidak mustahil, kalau ada santriwan/santriwati mondok di Pesantren, walaupun
telah banyak belajar kitab kuning, tapi belum juga bisa membaca dengan baik,
sesuai dengan tata bahasa arab yang benar (Nahwu dan Shorrof), disamping
juga akan berakibat kepada lambatnya pemahaman mereka terhadap hukum-hukum
Islam yang nota bene banyak tersirat dalam kitab kuning tersebut.
Pondok
Kebon Jambu Al-Islamy pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon membuat sebuah
Program Santri Takhasus agar peningkatan membaca kitab kuning bias terwujud dan
tercapai dengan baik. karena
dalam
program ini menggunakan sistem aplikatisi. Artinya, pembelajaran grammer bahasa
Arab dilakukan secara praktis bukan sekedar teoritis.
6. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dari latar belakang
perumusan masalah yang di temukan, maka penelitian ini bersifat eksperimental.
Karena rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan untuk
mengkontrol variabel-variabel terkait berupa peningkatan membaca kitab safinatun
najah tingkat satu.
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengamatan baik langsung dan
penjelasan pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang menggunakan metode
statistik. Kajian penelitian ini juga berdasarkan atas hasil obserpasi yang
dilakukan pada objek penelitian. Oleh karena itu jenis dalam penelitiannya
adalah penelitian lapangan (observasi).
2. Penentuan Daerah
Penelitian
Daerah penelitian yang
diambil adalah Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin
Cirebon karena sesuai dengan kebutuhan serta tujuan dan jenis penelitian.
Penentuan daerah penelitian ini menggunakan purposive Sampling Area, yaitu
dengan mendapatkan daerah penelitian pada suatu tempat tertentu tanpa ada tempat
penelitian yang lain.
3. Penentuan Responden
Penelitian
Ada dua cara dalam
menentukan responden penelitian, yaitu penentan responden secara populatif dan
sampel. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan sampel adalah
kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian yang dipilih
dari kelompok yang lebih besar dimana pemahaman dari hasil penelitian akan
diberlakukan secara keseluruhan populasi pada penelitian ini adalah semua
santri tingkat satu Pondok Kebon Jambu Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon
yang berjumlah 201 anak. Dengan demikian sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sampel populasi, jadi semua populasi termasuk sampel penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan beberapa
cara, yaitu :
a. Wawancara, Metode interview atau wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab antara penanya yang disebut pewawancara dengan penjawab yang disebut
responden atau informan. (Moh. Nazir, 2005: 193), wawancara ini dilakukan dengan sebagian santri dan
sebagian para pendidik Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan
Ciwaringin Cirebon, ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi obyek
penelitian, baik berupa sejarah dan apapun yang terkait dengan objek
penelitian.
b. Observasi, Metode observasi adalah teknik pengumpulan
data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala
yang dihadapi, baik pengamatan dilaksanakan dalam situsi sebenarnya
maupun dilakukan situasi kegiatan yang khusus diadakan. (Winarno Surahman, 1972
:135), lewat observasi ini
penulis secara langsung memperoleh data yang obyektif mengenai sistematika
pembelajaran dan penerapan program santri takhasus dan program santri formal di
Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren
Babakan Ciwaringin Cirebon.
c. Dokumentasi, metode ini adalah suatu cara mengumpulkan
data yang dilakukan dengan cara menganalisis data-data tertulis dalam
dokumen-dokumen seperti catatan harian, transkip, surat kabar, buku, dan
media cetak lainnya. (Sutrisno Hadi, 1987: 204), dalam metode ini peneliti mengumpulkan data dengan
meneliti sumber atau bahan-bahan yang terkumpul dan mempunyai relevansi dengan
tujuan peneliti.
d. Tes, serentetan pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelomok. (Suharsimi, 1998: 139)
5. Teknis Analisa Data
Dalam penelitian ini
metode tes akan digunakan untuk menjaring data tentang peningkatan membaca
kitab Safinatun Najah dengan menggunakan instrumen daftar cek (checklist).
Dalam pelaksananan tes
lisan responden membaca Kitab Safinatun Najah yang telah ditentukan, kemudian
peneliti membubuhkan tanda check pada jawaban a, b, c, d, atau e yang dianggap
benar nilai sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.
Setelah semua data semua
tersedia maka langkah selanjutnya adalah analisis data atau pengolahan data.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu :
1. Persiapan
Kegiatan persiapan ini adalah mengecek semua kelengkapan data yanghasilkan
dari pengumpulan data sesuai dengan metode yang digunakan.Pada tahap ini data
yang diperoleh dari hasil tes lisan dimasukan ke dalam tabel dan diberi skor
pada setiap alternative jawaban responden, yaitu dengan mengubah data tersebut
ke dalam bentuk-bentuk angka kuantitatif.
2. Tabulasi
kegiatan
tabulasi meliputi pemberian skor terhadap item-item yang perlu, memberi kode,
mengubah jenis data yang disesuaikan dengan dengan teknik analisis yang
digunakan.
3. Uji Statistik
Karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat
kemampuan antara variabel maka penelitian semacam ini sering disebut dengan
penelitian komparatif.
Sedangkan untuk menghitung besar komparasi pada hipotesisyang diajukan
dalam penelitian ini akan digunakan teknik statistik. Sedangkan analisis uji
hipotesisnya dengan menggunakan teknik analisis t-test yaitu:
dimana
:
ttest : Hasil perbandingan antara X1 dan
variable X2
Mx1
: Mean dari sampel X1 (Peningkatan Membaca Kitab SafinatunNajah
Program Takhasus)
Mx2 : Mean dari sampel X2 (peningkatan Membaca Kitab Safinatun
Najah
Program Formal)
SDc : Standar deviasi kombinasi antara
mean variabel X1 dan mean variabel X2
4. Analisis
lanjut
Analisis lanjutan
merupakan pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. (Sutrisno Hadi, 221)
Dalam analisis lanjut akan dibuat semacam interpretasi dari hasil yang telah
diproses antara variabel X1 dan variabel X2. Dalam pelaksanaannya langkahnya adalah membandingkan nilai t-test dengan
data table taraf signifikan 1% dan taraf signifikan 5%. Jika niali t-test lebih
besar dari taraf signifikan 1% atau pada taraf 5% maka hipotesis penelitian
diterima, jika sebaliknya nilai t-test kurang dari taraf signifikan 1% maupun
5% maka hipotesis ditolak.
7. Sistematika
Penulisan
Secara keseluruhan, skripsi ini terbagi kedalam
lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab
pertama, menjelaskan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika
penulisan
Bab kedua,
mendeskripsikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan arti belajar dan
pembelajaran, starategi belajar dan pembelajaran, metode pembelajaran, dan
hasil-hasil Belajar
Bab
ketiga, Metode Penelitian
Bab
keempat, data pelengkap meliputi penerapan program
takhasus, menyajikan hasil penelitian dan memberikan analisis terutama mengenai
program santri takhasus dan formal
Bab
kelima, penutup memberikan ulasan kesimpulan,
saran-saran dan kata penutup
Daftar Pustaka
Asrohah,
Hanun. 2001. Sejarah Pendidikan Islam. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu.
Yunus,
Firdaus M. 2004. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial Paulo Freire Y.B
Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Departemen Agama RI. 2006. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam.
Daulay,
Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Bawani,
Imam. 1987. Segi-Segi Pendidikan Islam. Surabaya: Al
Ikhlas.
Rahim,
Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.
Logos Wacana Ilmu.
Wahid, Abdurrahman. 2000. Prisma Pemikiran Gusdur.
Yogyakarta: LKiS.
A’la, Dbd. 2006. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Azra, Azyumardi.
2002. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju millennium Baru.
Cet. ke-4. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Hadi, Sutrisno.
1987. Metodologi Research, Jakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajahmada.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian, Bogor
: Glalia Indonesia.
Surahman, Winarno.
1972. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung :
Tarsito.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno.
1987. Metodologi Research, Jakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajahmada.
Komentar
Posting Komentar