Langsung ke konten utama

BAB 2

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Tinjauan Teoritik Tentang Peningkatan Membaca Kitab Safinatun  Najah
2.1.1 Pengertian Peningkatan Membaca
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat.Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh penggunaan katanya adalah peningkatan mutu pendidikan, peningkatan kesehatan masyarakat, serta peningkatan keterampilan para penyandang cacat.Peningkatan dalam contoh diatas memiliki arti yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya.Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan perencanaan dan eksekusi yang baik.Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.
Seperti telah disebutkan di awal, peningkatan dapat berarti pula menaikkan derajat sesuatu atau seseorang, serta dapat pula berarti mempertinggi dan memperhebat.Peningkatan yang memiliki arti menaikkan derajat adalah dalam penggunaannya dalam kalimat “peningkatan jabatan dari staff menjadi kepala bagian”. Untuk peningkatan yang berarti mempertinggi, contoh penggunaan kalimatnya adalah seperti “Peningkatan standar kepuasan pelanggan sangat membebani produsen”.Sedangkan untuk peningkatan yang berarti memperhebat, contoh kalimatnya adalah “Perusahaan itu sedang gencar-gencarnya melakukan peningkatan teknologi agar keuntungan yang didapat lebih banyak”.
Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara membaca keras-keras di depan umum. Sedangkan kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca dengan saksama yang dilakukan untuk mengrti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam media tertulis.
Tarigan (2008: 133) berpendapat bahwa membaca adalah aktivitas pencarian informasi melalui lambang-lambang tertulis.Dengan membaca mencoba mendapatkan dan memproses informasi sehingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan.Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan mengembangkannya dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia.
Menurut Aulia (2011: 5) membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata.Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya.Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis.Interaksi tersebut tidak langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan makin baik jika pembaca mempunyai kemampuan lebih baik. Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya.Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Mountain dalam Rahim, 2005: 2). Goodman (dalam Khusnin, 2008: 1) menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada kontruksi makna teks itu. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran.
Menurut Nurhadi (2004: 11-14), tujuan membaca dirumuskan menjadi lima yaitu: (1) membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah). Tujuan membaca ini berguna apabila kita ingin memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara tepat, dan mendapatkan informasi tentang sesuatu; (2) membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan. Tujuan membaca ini menggunakan teknik membaca skimming, berguna apabila kita ingin menemukan informasi dari surat kabar, buku ensiklopedi; (3) membaca untuk menikmati karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan drama.
Beracuan dari teori-teori di atas, dapat diambil simpulan bahwa peningkatan membaca adalah menggambarkan perubahankuantitas dan kualitaskegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.

2.1.2        Pengertian Kitab Safinatun Najah
Safinatun Najah (bahasa Arab: سفينة النجاة) adalah sebuah kitab ringkas mengenai dasar-dasar ilmu fikih menurut mazhab Syafi'i. Kitab ini ditujukan bagi pelajar dan pemula sehingga hanya berisi kesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan hukum. Meski begitu masih terdapat beberapa permasalahan fikih yang tergolong ikhtilaf di kalangan ulama ahli fiqih antar mazhab bahkan di kalangan ulama mazhab Syafi'i sendiri, sehingga diperlukan kesungguhan atau panduan dalam memilih pendapat yang lebih tepat (rajih) sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Kitab ini ditulis oleh Salim bin Sumair al-Hadhrami seorang ulama asal Yaman yang wafat di Jakarta pada abad ke-13 H. Kitab ini populer di kalangan pondok-pondok pesantren Nahdliyyin dan masuk sebagai salah satu materi kurikulum dasarnya.
Kitab safinatun najah penulisannya meliputi Pendahuluan Kitab, Pasal Menerangkan Rukun Islam, Rukun Iman, Arti Lafad Lailaha Ilallah, Tanda Baligh, Syarat Istinja, Fardhu Wudhu, Niat, Air, Mandi Wajib, Fardhu Mandi, Syarat Wudhu, Batal Wudhu, Larangan Bagi Yang Batal Wudhu Dan Junub, Sebab Tayamum, Syarat Tayamum, Fardhu Tayamum, Pembatal Tayamum, Najis Yang Bisa Suci, Macam-Macam Najis, Penyucian Najis, Hukum Haidh, Udzur Shalat, Syarat Shalat, Jenis Hadast Dan Batas Aurat, Rukun Shalat, Niat Shalat, Syarat Takbiratul Ihrom, Tasydid Pada Al-Fatihah, Syarat Al-Fatihah, Sunah Takbir, Syarat Sujud, Anggota Sujud, Tasydid Tasyahud, Tasydid Shalawat Dan Salam, Waktu Shalat, Diharamkan Shalat, Diamnya Shalat, Wajib Tuma;Ninah, Sujud Sahwi, Ab;Adus Shalat, Pembatal Shalat, Niat Imam, Makmum Dan Imam, Yang Sah Berjamaah, Syarat Jamak Takdim, Syarat Jamak Takhir, Syrat Qashar, Syarat Shalat Jum'at, Rukun Khutbah Jum'at, Syarat Sah Khutbah Jum'at, Kewajiban Pada Jenazah, Memandikan Jenazah, Mengkafani Jenazah, Rukun Shalat Jenazah, Mengubur Jenazah,  Menggali Kubur, Istianah, Harta Wajib Zakat, Wajibnya Puasa Romadhon, Syarat Sah Puasa, Syarat Wajib Puasa Romadhon, Rukun Puasa Romadhon, Qadha Puasa, Batal Puasa Romadhon, Kategori Hukum Membatalkan Puasa, Dan Pasal Menerangkan Yang Tidak Membatal Puasa. Kitab safinah ini sistem penulisannya menggunakan pasal-pasal, setiap pasalnya menerangkat pembahasan yang sangat ringkas hanya berisi kesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan hukum. seperti pada pasal menerangkan Rukun Islam sebagai berikut:
( فصل) أركان  الإسلام  خمسة : شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمد رسول الله, وإقام الصلاة,
وإيتاء الزكاة, و صوم رمضان, وحج البيت من استطاع إليه سبيلا.    
(Faslun) Arkaanul Islaami Khomsatun: Syahaadatu An Laa Ilaaha Illallaahu Wa Annna Muhammadan Rosuulullaahi, Wa Iqoomushsholaati, Wa Iitaauzzakaati, Wa Shoumu Romadhoona, Wa Hijjul Baiti Man Istathoo'a Ilaihi Sabiilan .

Pasal menerangkan Rukun Iman sebagai berikut:
 ( فصل) أركان الإيمان ستة : أن تؤمن بالله, وملائكته, وكتبه, وباليوم الآخر, وبالقدر خيره                   وشره من الله تعالى.                                                                                               
(Faslun) Arkaanul Iimaani Sittatun: An Tu'mina Billaahi, Wa Malaaikatihii, Wa Kutubihii, Wa Rusulihii, Walyaumil Aakhiri, Wabilqodari Khoyrihi Wasyarrihi Minalaahi Ta'aalaa. 

Pasal menerangkan arti Lafad Lailaha Ilallah sebagai berikut:
 ومعنى لاإله إلاالله لامعبود بحق في الوجود إلا الله.                                 : (فصل )
(Faslun) Wama'naa Laa Ilaaha Illallaahu Laa Ma'buda Bihaqqin Fil Wujuudi Illallaahu.

Pasal menerangkan Tanda Baligh sebagai berikut:
 (فصل) علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى, والاحتلام في الذكر
           والأنثى لتسع سنين,  و الحيض في الأنثى لتسع سنين.                               
(faslun) 'Alaamaatul Buluughi Tsalaatsun: Tamaamu Khomsa 'Asyaro Sanatan Fidzdzakari Wal Untsaa, Wal Ihtilaamu Fidzdzakari Wal Untsaa Litis'i Siniina, Wal Haidhu Fil Untsaa Litis'i Siniina.

Pasal menerangkan Syarat Istinja sebagai berikut:
(فصل)   شروط إجزاء الحَجَرْ ثمانية : أن يكون بثلاثة أحجار, وأن ينقي المحل, وأن لا يجف               النجس, ولا ينتقل, و لا يطرأ عليه آخر, و لا يجاوز صفحته و حشفته,  و لا  يصيبه             ماء, وأن تكون الأحجار طاهرة.  
(Faslun) Syuruuthul Ijzail hajari Tsamaaniyatun: An Yakuuna Bitsalaatsati Ahjaari, Wa An Yunqiya Al-Mahalla, Wa An Laa Yajiffa An-Najisu, Walaa Yantaqila, Walaa Yathroa 'Alaihi Aakhoru, Walaa Yujaawiza Shofhatahu Wahasyafatahu , Walaa Yushiibahu Maaun, Wa An Laa Takuuna Al-Ahjaaru Thoohirotan.

Pasal menerangkan Fardunya Wudhu sebagai berikut:  
( فصل)  فروض الوضوء ستة الأول النية الثاني غسل الوجه الثالث غسل اليدين مع المرفقين                الرابع مسح شيء من الرأس الخامس غسل الرجلين مع الكعبين السادس  الترتيب  
(Faslun) Furuudh Al-Wudhuui Sittatun: Al-Awwalu Anniyyatu, Ats-Tsaani Ghoslu Al-Wajhi, Ats-Tsaalitsu Ghoslu Al-Yadaini Ma'a Al-Mirfaqoini, Ar-Roobi'u Mashu Syaiin Min Ar-Ro'si, Al-Khoomisu Ghoslu Ar-Rijlaini Ilaa Al-Ka'baini, As-Saadisu At-Tartiibu.

Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tu­hannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sa­ngatlah besar manfaatnya. Di setiap kampung, kota dan negara hampir semua orang mempelajari dan bahkan menghafalkan­nya, baik secara individu maupun kolektif. Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di berbagai lembaga pendidikan. Karena baik para santri maupun para ulama sangatlah gemar mempelajarinya dengan teliti dan seksama.Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:
1.      Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara ter­padu, lengkap dan utuh, dimulai dengan bab dasar­dasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh para ulama lainnya;
2.      Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal. Seseorang yang serius dan memiliki ke­mauan tinggi akan mampu menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan atau mungkin lebih cepat;
3.      Kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang terkemuka dalam berbagai bidang ilmu keagamaan, terutama fiqh dan tasawwuf. Yang sangat menarik, orang lebih menge­nal nama kitabnya dari pada nama penulisnya. Hal yang demikian itu mungkin saja berkat keikhlasan dan ke­tulusan penulis; 
4.      Kitab ini menjadi acuan para ulama dalam memberikan pengetahuan dasar agama bagi para pemula. Di Hadramaut Yaman, Madinah, Mekkah dan kota lainnya para ulama;
5.      Kitab ini membicarakan hal-hal yang selalu menjadi ke­butuhan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang merasa perlu untuk mempelajari­nya;
6.      Kitab Safinah ini dengan izin Allah SWT. dan atas kehendak-Nya telah tersebar secara luas di kalangan para pecinta ilmu fiqih terutama yang menganut Madzhab Imam Syafi'i ra. Kitab ini dikenal di berbagai negara baik Arab maupun Ajam seperti Yaman, Mekkah, Madinah, Jeddah, Somalia, Ethiopia, Tanzania, Kenya, Zanjibar, dan di berbagai belahan negara-negara Afrika.Namun demikian perhatian yang paling besar terhadap kitab ini telah diberikan oleh para ulama dan pecinta ilmu, yang hidup di semenanjung Melayu termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara-negara lainnya;
7.      Kitab ini juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing seperti Indonesia, Melayu, Sunda, India, Cina, dan lainnya. 
Dengan perhatian khusus dan antusias tinggi para ulama telah berkhidmah (mengabdi) kepada kitab Safinah sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka masing-masing. Banyak di antara mereka yang menulis syarah (buku pen­jelasan) kitab Safinah, di antara nama-nama kitab tersebut adalah: 
1.   Kitab Kasyifatus Saja ala Safinatin Naja (menyingkap tabir kegelapan dengan syarah kitab safinah). Kitab syarah ini adalah yang terbesar dan terluas dari yang lainnya, dipenuhi dengan masalah-masalah fiqih yang pokok dan mendasar. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama dari Jawa Barat yaitu Syekh Nawawi Banten. Beliau dilahirkan pada tahun 1230 H (1815M) dan berangkat ke Mekkah untuk mencari ilmu ketika masih kecil. Setelah mendalami ilmu agama, di kota suci Mekkah, beliau juga belajar dari para ulama di kota suci Madinah, Syiria, dan Mesir. Beliau mengajar di Masjidil Haram Mekkah selama puluhan tahun sampai meninggal dunia pada tahun 1314 H (1897 M); 
2.   Kitab Durrotu Tsaminah Hasyiyah ala Safinah (Permata yang mahal dalam keterangan safinah). Kitab ini sangat penting untuk dimiliki oleh para pecinta ilmu, karena dilengkapi dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al­Qur'an dan Hadis Nabsaw. Kitab ini ditulis oleh Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Hadrawi, seorang ulama dari Mekkah. Kitab ini ditulis pada awalnya di kota Musowwi' Ethiopia, atas petunjuk gurunya yaitu Syekh Muhammad Asy-Syadzili Maroko dan diselesai­kan di kota Thaif. Penulis syarah ini dilahirkan di Iskandariah Mesir pada tahun 1252 H (1837 M) dan me­ninggal dunia di Mekkah pada tahun 1327 H (1909 M);
3.   Kitab Nailur Raja Syarah Safinah Naja (Meraih harapan dengan syarah safinah), Syarah ini sangat dipenuhi de­ngan ilmu, hampir menjadi kebutuhan setiap pengajar yang akan menerangkan kitab Safinah. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama besar dari Hadramaut Yaman, yaitu Sayyid Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syatiri. Beliali dilahirkan di kota Tarim Hadramaut pada tahun 1312 H (1895 M), dan di sana pula beliau mempelajari ilmu agama sehingga tumbuh berkembang menjadi ulama yang terkemuka. Beliau sangat dicintai gurunya yaitu Syaikhul Islam, Sayyid Abdullah bin Umar Asy-Syatiri, ulama besar di zamannya. Penulis syarah in' meninggal dunia pada usia yang masih muda, yaitu sebelum beliau berumur 50 tahun;
4.   Kitab Nasiimul Hayah Syarah Safinall Najah. Syarah ini hampir sama dengan syarah yang ditulis oleh Syekh Nawawi Banten, tetapi memiliki tambahan dengan ba­nyaknya dalil dan perincian yang teliti. Kitab ini ditulis oleh Syekh Al-Faqih Al-Qodhi Abdullah bin Awad bin Mubarok Bukair, seorang ulama kenamaan yang ahli dalam bidang fiqih di Hadramaut Yaman. Beliau di­lahirkan di desa Ghail Bawazir tahun 1314 H (1897 M). Sejak kecil beliau sangat gemar mendalami ilmu syari'at dari berbagai ulama di antaranya adalah Al-Imam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Syekh Umar bin Mubarok Badubbah, Syekh Umar bin Salim Bawazir dan lain-lain. Setelah tersebar keilmuannya, beliau menjadi qodhi di Mukalla sejak tahun 1351 H (1933 M) sampai tahun 1386 H (1967 M). Syekh Abdullah meninggal dunia pada tahun 1399 H (1979 M) di kota Mukalla setelah memberikan pengabdiannya yang tulus kepada umat Islam; 
5.   Kitab Innarotut Duja Bitanwiril Hija Syarah Safinah Naja. Salah satu syarah yang sangat otentik dan terpercaya karena dipenuhi dengan argumentasi dari Al-Qur'an dan had's. Yang unik, syarah ini ditulis oleh salah satu ulama dari Madzhab Maliki yaitu Syekh Muhammad bin Ali bin Husein Al-Maliki, seorang ulama yang sangat ahli dalam berbagai ilmu agama, Beliau juga sangat ter­pandang dalam bidang ilmu bahasa dan sastra Arab. Beliau dilahirkan di Mekkah tahun 1287 H 0 870 M) dan meninggal dunia tahun 1368 H (1949 M). Puncak kemasyhurannya adalah ketika beliau diangkat sebagai Mufti Madzhab Maliki di kota suci Mekkah A1-Mu­karromah. Tokoh kita ini juga sangat produktif, koleksi karyanya lebih dari 30 kitab, di antaranya adalah syarah safinah tersebut. 
Dari kalangan para ulama ada pula yang tertarik men­jadikan kitab safinah ini dalam bentuk syair-syair yang di­gubah dengan mudah dan indah, tercatat di antara nama-nama mereka adalah:
1.   Sayyid Habib Abdullah bin Ali bin Hasan Al-Haddad;
2.   Sayyid Habib Muhammad bin Ahmad bin Alawy Ba'agil;
3.   Kyai Syekh Shiddiq bin Abdullah, Lasem;
4.   Syekh Muharnrnad bin All Zakin Bahanan; 
5.   Sayyid Habib Ahmad Masyhur bin Thoha Al-Haddad. 
Penulis kitab safinah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al hadhrami. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf yang bermadzhab Syafi'i.Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara­-negara Islam.
Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu ke­agamaan. Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim me­mulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah peng­awasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair. Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih hasil yang baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang­-bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman. 
Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
1.   Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair; 
2.   Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan.
Setelah mendalami berbagai ilmu agama, di hadapan para ulama dan para gurunya yang terkemuka, beliau memulai langkah dakwahnya dengan berprofesi sebagai Syekh Al Qur'an.Di desanya, pagi dan sore, tak henti-hentinya beliau mengajar para santrinya dan karena keikhlasan serta kesa­barannya, maka beliau berhasil mencetak para ulama ahli Al-Qur'an di zamannya. Beberapa tahun berikutnya para santri semakin bertambah banyak, mereka berdatangan dari luar kota dan daerah-daerah yang jauh sehingga beliau merasa perlu untuk menambah bidang-bidang ilmu yang hendak diajar­kannya seperti: ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam.
Syekh Salim telah berhasil mencetak para ulama yang terkemuka di zamannya, tercatat di antara mereka adalah:
1.   Habib Abdullah bin Toha Al-Haddar Al-Haddad
2.   Syekh Al Faqih Ali bin Umar Baghuzah
Selain sebagai seorang pendidik yang hebat, Syekh Salim juga seorang pengamat politik Islam yang sangat disegani, beliau banyak memiliki gagasan dan sumbangan pemikiran yang menjembatani persatuan umat Islam dan membangkitkan mereka dari ketertinggalan. Di samping itu beliau juga banyak memberikan dorongan kepada umat Islam agar melawan para penjajah yang ingin merebut daerah-daerah Islam.
Pada suatu ketika Syekh Salim diminta oleh kerajaan Kasiriyyah yang terletak di daerah Yaman agar membeli per­alatan perang tercanggih pada saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura dan India untuk keperluan tersebut.Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses oleh pihak kerajaan yang kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam bidang militer kerajaan.Dalam masa pengabdiannya kepada umat melalui jalur birokrasi beliau tidak terpengaruh dengan cara­-cara dan unsur kedholiman yang merajalela di kalangan me­reka, bahkan beliau banyak memberikan nasehat, kecaman dan kritikan yang konstruktif kepada mereka.
Pada tahun-tahun berikutnya Syekh Salim diangkat men­jadi penasehat khusus Sultan Abdullah bin Muhsin. Sultan tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk dengan segala saran, arahan dan nasehat beliau. Namun sayang, pada tahun­-tahun berikutnya ia tidak lagi menuruti saran dan nasehat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan menghina, kon­disi tersebut semakin memburuk karena tidak ada pihak-pihak yang mampu mendamaikan keduanya, sehingga pada puncaknya hal itu menyebabkan keretakan hubungan antara keduanya. Dengan kejadian tersebut, apalagi melihat sikap sultan yang tidak sportif, maka Syekh Salim memutuskan untuk pergi meninggalkan Yaman.Dalam situasi yang kurang kondusif akhirnya beliau meninggalkan kerajaan Kasiriyyah dan hijrah menuju India.Periode ini tidak jelas berapa lama beliau berada di India, karena dalam waktu berikutnya, beliau hijrah ke negara Indonesia, tepatnya di Batavia atau Jakarta.
Sebagai seorang ulama terpandang yang segala tindakan­nya menjadi perhatian para pengikutnya, maka perpindahan Syekh Salim ke pulau Jawa tersebar secara luas dengan cepat, mereka datang berduyun-duyun kepada Syekh Salim untuk menimba ilmu atau meminta do'a darinya. Melihat hal itu maka Syekh Salim mendirikan berbagai majlis ilmu dan majlis dakwah, hampir dalam setiap hari beliau menghadiri majlis-­majlis tersebut, sehingga akhirnya semakin menguatkan posisi beliau di Batavia, pada masa itu. Syekh Salim bin Sumair dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran, apa pun resiko yang harus diha­dapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para ulama mende­kat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat.Seringkali beliau memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda.Martin van Bruinessen dalam tulisan­nya tentang kitab kuning (tidak semua tulisannya kita sepakati) juga sempat memberikan komentar yang menarik terhadap tokoh kita ini.
Dalam beberapa alenia dia menceritakan per­bedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara dua orang ulama besar, yaitu Sayyid Usman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim kurang setuju dengan pendirian Sayyid Usman bin Yahya yang loyal kepada pemerintah kolonial Belanda. Sayyid Usman bin Yahya sendiri pada waktu itu, sebagai Mufti Batavia yang diangkat dan disetujui oleh kolonial Belanda, sedang berusaha menjem­batani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan pemerintah Belanda, sehingga beliau merasa perlu untuk mengambil hati para pejabatnya.
Oleh karena itu, beliau mem­berikan fatwa-fatwa hukum yang seakan-akan mendukung program dan rencana mereka.Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim terlibat dalam polemik panjang dengan Sayyid Usman yang beliau anggap tidak konsisten di dalam mempertahankan kebenaran. Setelah berdua bertemu dan berdiskusi langsung mendapat penjelasan yang jitu dan mantap atas siasat dan strategi Sayyid Utsman bin Yahya maka Syaekh Salim taslim dan paham atas segala tindakan Habib Utsman bin Yahya yang terjadi pada waktu itu, yang jelas cerita tersebut cukup kuat untuk menggambarkan kepada kita tentang sikap dan pendirian Syekh Salim bin Sumair yang sangat anti de­ngan pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah dari kaum kuffar.
Walaupun Syekh Salim seorang yang sangat sibuk dalam berbagai kegiatan dan jabatan, namun beliau adalah seorang yang sangat banyak berdzikir kepada Allah SWT dan juga dikenal sebagai orang yang ahli membaca Al Qur'an. Salah satu temannya yaitu Syekh Ahmad Al-Hadhrawi dari Mekkah mengatakan: "Aku pernah melihat dan mendengar Syekh Salim menghatamkan Al Qur'an hanya dalam keadaan Thawaf di Ka'bah". Syekh Salim meninggal dunia di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M). 
peningkatan membaca kitab Safinatun Najah dalam penelitian ini adalah  penggambarkan perubahan kuantitas dan kualitas membaca, dan menguasai  kosokata dan sesusi dengan  kaidah Nahwu dan Sharaf.     

2.2. Tinjauan Teoritik Strategi Belajar dan Pembelajaran Program Santri    Takhasus
2.2.1 Strategi Belajar
Strategi belajar terdiri dari dua kata yaitu "strategi" dan "belajar". Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris "strategy" yang oleh As Hornby dalam Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English disebutkan sebagai "The art of planning operations in war, especially of the movements of armies and navies into favourable positions forfighting" yang artinya "seni dalam gerakan-gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi-posisi yang menguntungkan dalam pertempuran". Di samping itu "Strategi" juga berasal dari bahasa Yunani "Strategia" yang artinya "the art of the general," seninya seorang jenderal/panglima".
Strategi merupakan sebuah istilah yang sering diidentikkan dengan "taktik" yang secara bahasa dapat diartikan sebagai "corcerning the movement of organisms in respons to external stimulus" (suatu yang terkait dengan gerakan organisme dalam menjawab stimulus dari luar). Sementara itu, secara konseptual strategi dapat dipahami sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi bias juga diartikan sebagai segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran   tertentu dalam   kondisi   tertentu   agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dengan demikian istilah strategi sebenarnya berasal dari istilah kemiliteran yaitu usaha untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan dengan tujuan mencapai kemenangan/kesuksesan.
Istilah ini kemudian berkembang dalam berbagai bidang termasuk dalam dunia ekonomi, seperti starategi industri, starategi perencanaan, strategi pemasaran, dalam dunia pendidikan. Pengertiannya berkembang menjadi "skill in managing any affairs", yang artinya" ketrampilan dalam mengelola/menangani suatu masalah".Yang artinya bahkan strategi sudah menjadi bagian ilmu yang berdiri sendiri yaitu ''Strategies" science or art of strategy" ilmu yang  artinya "ilmu atau seni strategi".
 Secara umum strategi mempunyai pengertian yaitu suatu garis- garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Jika strategi ini dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makro dalam skala global, strategi merupakan kebijakan-kebijakan yang mendasar dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien.  
Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar, Lebih-lebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun, apakah sebenarnya belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya manusia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia.Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar? Jawabannya adalah karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia.Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar.Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar.Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan “ ritual-ritual” belajar.
Apa sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan- kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.
Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id, ego, super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Berdasarkan rumusan di atas maka belajar dapat dipandang suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah konsisten (menetap) sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Pengertian ini mengandung makna bahwa adanya belajar ditunjukkan oleh adanya usaha atau aktivitas tertentu. Menekankan segi aktivitas, WS. Winkel mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis dengan lingkungan, yang berakibat memberikan hasil perubahan dalam pengetahuan, perubahan pemahaman, keterampilan, dan sikap.
Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan.Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru.Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar.
Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahli-ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996: 2-14), ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu:
1.      Pandangan Psikologi Behavioristik
Menurut pendapat psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada factor-faktor kondisional yang diberikan oleh lingkungan. Tokoh-tokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini antara lain: Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.
Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson, Setelah mengadakan eksperimentasi, Watson menyimpulkan bahwa dalam pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri seseorang dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus-stimulus yang dialami.
Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error). Mencoba-coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba-coba ini seseorang mungkin akan menemukan suatu respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
2.    Pandangan Psikologi Kognitif
Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu.Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman hidup, mencari informasi, memecahkan masalah- masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon- respon lainnya guna mencapai tujuan.
3.    Pandangan Psikologi Humanistik
Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar- besarnya kepada individu.
Salah seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi.Ia mempunyai pandangan bahwa siswa atau siswi yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa atau siswi juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih.
4.    Pandangan Psikologi Gestalt
Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer. Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah susunan terdiri atas hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan suatu pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar merupakan  perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman-pengalaman.Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja.Perubahan yang semata-mata karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 729) disebutkan bahwasannya ”belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”.
Howard L Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998: 104) menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau diubah melalui praktek atau latihan-latihan. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Sementara itu, Slamento (2003: 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.
Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu untuk menguasai materi pembelajaran.
Sementara itu Ischak dan Warji R seperti dikutip oleh Supriadin (2002: 14) mengemukakan bahwa “apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor ketahuan, kesempatan belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami pelajaran maka setiap siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan”.
Dari teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus-menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi belajar yaitu sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dan merupakan pola kegiatan belajar berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan.
Mastery Learning (belajar tuntas) adalah pendekatan belajar dengan menitik beratkan pada pengulasan matri/bahan pelajaran secara tuntas pada diri siswa. Jika guru menghendaki anak didik dapat mencapai taraf penguasaan bahan-bahan pengajaran secara tuntas, misalnya 75%, maka bahan pelajaran itu harus disusun secara sempurna, begitu juga instrumen evaluasi atau pengukuran hasil belajarnya harus sudah dipersiapkan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam Mastery Learning adalah:
1.   Menentukan unit belajar. Suatu pelajaran dipecah kedalam unit-unit kecil yang akan diajarkan untuk setiap satu/dua pertemuan;
2.   Merumuskan tujuan pelajaran. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus yang menggunakan istilah yang dapat diukur;
3.   Menentukan standart Mastery (penguasaan penuh). Ditentukan tingkatan perolehan yang dijadikan patokan tingkat penguasaan penuh dengan prosentase;
4.   Pelaksanaan pengajaran biasa: Pengajarandilakukan secara biasa, setiap akhir satu unit pelajaran dilakukan test formatif;
5.   Evaluasi sumatif, dilakukan bila seluruh unit pelajaran telah selesai pada akhir program pelajaran.

2.2.2 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran.Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Adapun beberapa pengertian tentang strategi pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Hamzah B. Uno (2008: 45) Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
Dick dan Carey (2005: 7) Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
Suparman (1997: 157) Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara-cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Strategi Mengulang (Rehearsal) dan Strategi Ekspositor merupakan dua diantara Strategi yang di gunakan program takhasus pada saat pengkajian kitab kuning. Strategi Mengulang (Rehearsal) Strategi ini terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note) yang di anggap penting. Sedangkan Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.

2.3. Tinjauan Teoritik Metode Pembelajaran Program Takhasus
Starategi program takhasus di tingkat satu saat mengkaji kitab safinatun najah adalah membentuk kelompok belajar, setiap anggota kelompok belajar ada pengajar atau ada gurunya, program takhasus ini menggunakan metode sorogan, yang mana teknik pembelajaran metode sorogan ini biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu yang di situ tersedia tempat duduk untuk ustadz/kiai sebagai pengajar. Sementara itu, santri yang lainnya duduk agak menjauh sambil mendengarkan apa yang disampaikan atau melihat peristiwa apa saja yang terjadi pada saat temannya maju menghadap dan menyorogkan kitabnya kepada ustadz/kiai sebagai bahan perbandingan baginya pada saat gilirannya tiba.
Secara teknis, Ditpekapontren Departemen Agama RI (2003:74-86) menguraikan teknik pembelajaran dengan metode sorogan sebagai berikut:
1.    Seorang santri yang mendapat giliran menyorogkan kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada ustadz atau kiai pengampu kitab tersebut. Kitab yang menjadi media sorogan diletakan di atas meja atau bangku kecil yang ada di antara mereka berdua;
2.    Ustadz atau kiai tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari baik sambil melihat (bin nadhor) maupun secara hafalan (bilghoib), kemudian memberikan arti/makna kata per kata dengan bahasa yang mudah dipahami;
3.    Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan ustadz atau kiainya dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya. Selain mendengarkan dan menyimak, santri terkadang juga melakukan catatan-catatan seperlunya untuk:
a.    Bunyi ucapan teks yang berbahasa dan huruf Arab, dengan memberi harakat atau syakal terhadap kata-kata yang ada dalam kitabnya. Pensyakalan ini sering disebut juga pendlabitan atau ngabsahi atau ngesahi. Harakat yang ditulis selain sesuai dengan bacaan kosa kata (mufrodāt) juga disesuaikan dengan fungsi dan kedudukan kata atau kalimat (i’rab);
b.    Santri juga menuliskan arti setiap kosa kata (mufradāt) dengan bahasa ibu santri, langsung di bawah kata tersebut dengan menggunakan huruf Arab pegon, dilengkapi dengan simbol-simbol fungsi dan kedudukan kata atau kalimat tersebut. Misalnya kata yang berkedudukan sebagai mubtada’ (subyek) diberi simbol huruf mim yang juga mempunyai arti/bacaan khusus “utawi/adapun”sebagai tanda bacaan subyek, kata yang berkedudukan khabar (predikat) diberi simbol huruf kha’ di depannya dan diberi  istilah “iku/itu’ sebagai tanda predikat, dan lain sebagainya.
4.      Setelah selesai pembacaannya oleh ustadz atau kiai, santri kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan di depan, bisa juga pengulangan ini dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya sebelum memulai pelajaran baru. Dalam peristiwa ini, ustadz atau guru melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau kekurangan atas bacaan (sorogan) santri.

2.4. Tinjauan Teoritik Hasil Belajar
2.4.1  Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil “ dan “ belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian “ hasil “ dan “ belajar”.
Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar.Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Hasil belajar adalam kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Menurut Purwanto (1990: 3), evaluasi dalam pendidikan adalah penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa menuju kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam kurikulum.
Hasil penilaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan yang terjadi secara sadar. Maksudnya adalah bahwa individu yang menyadari dan merasakan telah terjadi adanya perubahan yang terjadi pada dirinya;
2.      Perubahan yang terjadi relative lama. Perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar yang bersifat menetap atau permanen, maksudnya adalah bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap;
3.      Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku;
4.      Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan.

2.4.2        Indikator Hasil Belajar Siswa
Indikator utama hasil belajar santri adalah sebagai berikut:
a.    Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).
b.   Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku  Strategi Belajar Mengajar 2002:120)  indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.


2.4.3        Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.  Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu : 
1.   Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh faktor psikologi diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah, Berprestasilah. 
2.    Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu: 
a.    Lingkungan sosial, meliputi: teman, guru, keluarga dan masyarakat. 
Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu kalian bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar. 
Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar.Kualitas guru di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita terbangun di dalam kelas.Memang pada kenyataanya banyak siswa yang merasa guru mereka tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang.Biasanya seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam kelas.
Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal-hal keakademik di hadapan masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat juga mempengaruhi pola pikir seorang untuk berprestasi.

b.   Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca).
Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh terhadap hasil belajar. 

2.4.4        Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
1.      Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu;
2.      Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor;
3.      Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah. 
Adapun untuk hasil belajar program santri takhasus dalam peningkatan membaca kitab kuning yaitu kitab safinatun najah di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yaitu dengan menggunakan strategi mengulang (rehearsal) dan strategi ekspositor, dan dengan menggunakan metode sorogan peneliti menemukan adanya perubahan kuantitas dan kualitas membaca, dan menguasai kosokata dengan baik sesuai dengan ilmu nahwu dan sharaf.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Studi komparatif

PROPOSAL PENELITIAN 1. Judul Penelitian      STUDI KOMPARATIF ANTARA PROGRAM SANTRI TAKHASUS DAN PROGRAM SANTRI FORMAL TERHADAP PENINGKATAN MEMBACA KITAB SAFINATUN NAJAH TINGKAT SATU PONDOK KEBON JAMBU PESANTREN BABAKAN CIWARINGIN CIREBON TAHUN 2016 2. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam pendidikan sangat penting karena pendidikan adalah salah satu aspek sosial budaya yang berperan strategis dalam pembinaan suatu keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan pada intinya merupakan suatu ikhtiar yang dilaksanakan secara sadar, sistematis, terarah dan terpadu untuk memanusiakan peserta didik serta menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan adalah sesuatu yang esensil bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa belajar menghadapi alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. (Hanun Asrohah, 2001: 2) Pendidikan tidak hanya menjadi mobilitas untuk mengembangkan potensi manusia, akan tetapi pendidikan juga pada dasarnya diselen...

BAB 3

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Dari latar belakang perumusan masalah yang di temukan, maka penelitian ini bersifat eksperimental. Karena rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan untuk mengkontrol variabel-variabel terkait berupa peningkatan membaca kitab safinatun najah tingkat satu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif  dengan melakukan pengamatan baik langsung dan penjelasan pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang menggunakan metode statistik. Kajian skripsi ini juga berdasarkan atas hasil obserpasi yang dilakukan pada objek penelitian. Oleh karena itu jenis dalam penelitiannya adalah penelitian lapangan (observasi). 3.2. Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian yang diambil adalah Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon karena sesuai dengan kebutuhan serta tujuan dan jenis penelitian. Penentuan daerah penelitian ini menggunakan purposive ...